Pernahkah kita merasa terlalu rumit untuk mempelajari ajaran Sang Buddha? Pernahkah kita merasa ajaran Sang Buddha tidak masuk akal? Atau kita merasa ajaran Sang Buddha tidak bisa dijadikan pedoman hidup karena tidak ada yang bisa mendengarkan doa kita, apalagi mengabulkannya?
Mempelajari ajaran Dhamma bukanlah harus langsung menguasai 100% materi yang ada. Juga bukan harus menerima 100% tanpa direnungi atau dipahami. Dhamma ajaran Sang Buddha semuanya bisa dibuktikan. Cuma perlu kebijaksanaan yang memadai. Dahulu Sang Buddha membabarkan Dharma pun sesuai dengan kebijaksanaan pendengarnya. Makanya banyak orang tercerahkan saat itu.
Pada tahap awal kita hanya PERCAYA saja bahwa Dhamma bisa bermanfaat bagi semua makhluk hidup tapi belum ada KEYAKINAN. Setelah kita merasakan dan membuktikan kebenaran Dhamma, barulah kita bisa yakin akan kebenaran Dhamma itu. Belajarlah sesuai dengan ketertarikan, kecocokan, dan kebutuhan kita pada Dhamma. Setiap orang berbeda, sesuai dengan jodohnya (kamma masa lampau) dengan dhamma Sang Buddha itu sendiri. Apabila di kehidupan lampau sudah pernah belajar Dhamma, apalagi menekuninya, maka kehidupan saat ini kita akan lebih mudah mengerti. Ada yang tertarik mempelajari "Bagaimana cara pengendalian emosi menurut Dhamma?", "Mengapa aku kok tidak bisa sukses? Adakah jawaban dalam Dhamma?", "Bagaimana caranya agar tidak diganggu makhluk halus?", "Adakah manfaat mengetahui teori Tumimbal Lahir (Kelahiran Kembali)?", dst.
Setahap demi setahap kebijaksanaan kita akan bertambah dan kebutuhan akan Dhamma itu sendiri akan makin bertambah juga. Keingintahuan kita akan Dhamma makin meningkat karena sudah meresapi keindahan dan manfaat akan Dhamma bagi diri kita dan orang lain. Apabila saat itu kebijaksanaan kita sudah cukup, maka kita pasti akan, bilang "Ohhhh Begitu....Pantes saja", dan bukan lagi, "Koq bisa sih?" atau "Kayaknya gak mungkin!"
Ikuti saja kesenangan dan kecocokan kita mempelajari Dhamma, jangan suka membandingkan dengan orang lain. Dengan begitu baru kita bisa merasakan manfaatnya sesuai dengan diri kita sendiri. Kita adalah pemilik kamma kita sendiri, terwarisi oleh kamma kita sendiri, terlahir karena kamma kita sendiri dan terlindungi karena kamma kita sendiri. Perbuatan apapun yang akan kita lakukan, baik ataupun buruk, itulah yang akan kita warisi.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
Saddhu. Saddhu. Saddhu
No comments:
Post a Comment